
Pada bulan Ramadhan yang semestinya membawa kedamaian, para pemain di pasar modal malah terkejut dengan realitas menyakitkan: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekali lagi menderita penurunan drastis.
Setelah mengalami penangguhan perdagangan mulai tanggal 18 Maret 2025, situasi pasarnya tetap belum menunjukkan perbaikan. Pada akhir minggu ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian merosot sebesar 2%, makin memperpanjang pola pelemahannya dan menjadikan para investor gelisah.
Tetapi, mengapa kondisi ini berlangsung, dan apa yang harus kita lakukan tentang hal itu?
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
IHSG mengalami penurunan drastis dan hal ini tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa penyebab utama di balik fenomena tersebut, yaitu:
Penekananan Global yang Semakin Bertambah: Perkembangan pasar saham dunia saat ini, khususnya di AS dan Eropa, sangat fluktuatif. Ketakutan akan kebijakan tingginya suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), serta melambatkannya pertumbuhan ekonomi Cina, juga berdampak pada pasar negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Alih Alihan Modal Asing (Aliran Capital Out): Sejak permulaan tahun tersebut, para investor luar negeri lebih condong untuk mengambil kembali investasi mereka dari sektor perdagangan efek di Indonesia. Hal ini menciptakan tekanan tambahan bagi nilai tukar Rupiah, yang telah hampir menyentuh angka 16 ribu per Dolar AS, mendorong penjualan skala besar di sekuritas-sekuritas utama.
Di samping dua faktor pendorong tersebut, kondisi domestik turut mempengaruhi tekanan yang terjadi di bursa saham, seperti beberapa hal ini:
Mendekati hari raya Idul Fitri, aliran dana di pasar saham umumnya mengurangi jumlahnya sebab banyak pelaku investasi memilih untuk meraup untung lebih cepat. Kejadian penjualan aset demi meraih laba tersebut memang kerap dialami, namun pada kesempatan kali ini pengaruhnya tampak lebih signifikan disebabkan oleh iklim internasional yang tidak sepenuhnya baik. Selain hal tersebut, kenaikan tingkat inflasi jelang lebaran turut menciptakan tantangan baru. Peningkatan tarif komoditas esensial bersama dengan mahalnya biaya perjalanan pulang kampung saat liburan idul fitri memberikan beban tambahan kepada sistem ekonomi lokal.
Lebih dari itu, ketidaktentuan politis dan finansial selama masa pergantian rezim usai pemilihan presiden tahun 2024 pun jadi elemen lain yang bikin para pembeli saham bertambah hati-hati dalam meletakkan uang mereka di lantai bursa efek.
Selanjutnya, apa pendekatan pemerintah? Presiden serta badan berwenang nampak masih tenang, seperti hal ini tidak menjadi persoalan signifikan.
Walaupun Bank Indonesia sudah mencoba ikut campur untuk mempertahankan stabilitas rupiah, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa pasar modal di Indonesia tetap kuat, banyak investor masih beranggapan bahwa tindakan-tindakan tersebut belum mampu membawa kembali keyakinan para pelaku pasar.
Haruskah Investor Panik?
Jawaban singkatnya: Tidak.
Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan bagian dari pola pergerakan pasar. Bila dilihat kembali, situasi serupa sudah beberapa kali terjadi sebelumnya. Kondisi krisis tahun 2008, wabah pandemic COVID-19 pada tahun 2020, serta beragam goncangan ekonomi lainnya selalu disusul oleh fase pemulihan. Akan tetapi, hal itu tidak berarti kita harus tinggal diam atau menerima tanpa melakukan apa pun.
Untuk para pemodal, terdapat berbagai taktik yang dapat dijalankan:
Hindari Panic Selling: Penjualan saham saat kepanikan biasanya memperbesar kerugian. Teliti dasar-dasar perusahaan tersebut, hindari menjual aset secara gegabah akibat pengaruh suasana hati singkat. Manfaatkan Kesempatan dari Saham Oversold: Banyak saham berkualitas telah anjlok cukup banyak. Hal ini dapat memberikan kesempatan baik bagi para investor berorientasi jangka panjang untuk mendapatkan saham dengan harga lebih murah. Sejumlah sektor bertahan-tidak-terpengaruh-lah seperti barang konsumsi, komunikasi, serta energi layak dipertimbangkan.
Perhatikan Aliran Dana Asing: Jika investornya luar negeri mulai kembali belanja bersihnya, hal itu mungkin menunjukkan stabilitas pasar sedikit demi sedikit pulih. Hindari Spekulasi, Kerasil Portofolio Melalui Pendistribusionan Risiko: Jangan hanya fokus pada saham saja. Investasi alternatif lain seperti surat utang pemerintah, logam mulia, ataupun produk manajemen modal juga penting sebagai benteng perlindungan portofolio Anda.
Bagaimana Sikap yang Sesuai untuk Publik?
Bukan setiap orang menjadi pemegang saham, namun pengaruh turunnya Indeks Harga Saham Gabungan masih dirasakan di kehidupan sehari-hari, khususnya mendekati hari raya Idul Fitri. Di bawah ini ada beberapa tindakan yang tepat untuk dilakukan:
Pertahankan Kesetabilan Keuangan Anda: Jauhi belanja berlebihan dan pastikan memiliki tabungan darurat yang memadai untuk meredam situasi finansial tak terduga. Waspada Terhadap Kenainan Harga Produk: Lonjakan harga menjelang Idulfitri adalah fenomena biasa. Tetaplah disiplin dengan anggaran pribadi supaya terhindar dari pembelanjaan spontan. Berhati-hati Dengan Informasi di Medsos: Ada banyak kabar palsu bertebaran, seperti ramalan tentang krisis nasional atau ancaman penurunan nilai tukar rupiah menjadi sebesar US$1=Rp20.000,-. Patenilah mencari info hanya dari media yang dapat dipercaya.Ringkasan: Jaga Ketenangan dan Berpikir Secara Logis
Saat ini pasar modal tengah berombakan, namun hal itu belum menjadi penutup seluruhnya. Para investor diharuskan untuk terus bijaksana saat memilih tindakan, sementara rakyat biasa disarankan agar senantiasa mengekalkan keseimbangan finansial individunya.
Pada masa 10 hari terakhir bulan Ramadhan, yang idealnya diisi dengan pemikiran mendalam dan kedamaian batin, penting bagi kita untuk menjaga kewaspadaan namun tak perlu khawatir secara berlebihan. Sistem ekonomi senantiasa mengalami fluktuasi, dan pada kesempatan ini hendaknya dipergunakan sebagai momentum persiapan, bukannya keputusasahan.
Di samping itu, pada kesempatan menjamu hari raya Idul Fitri, berilah pertimbangan matang terkait pengaturan dana Anda. Jauhi pemborosan uang untuk sesuatu yang tak penting atau pamer-pamoran ketika melakukan perjalanan pulang kampung.
Kondisi finansial di masa mendatang tetap dipenuhi keraguan, dan sepertinya #IndonesiaGelap tidak segera usai. Lebih baik memprioritaskan keperluan penting serta menyediakan tabungan darurat untuk merespons lingkaran kesulitan ini dengan tepat.
Teruslah berpikiran positif dan perhatikan dengan baik perkembangannya!
Penulis: Merza Gamal (Pengamat Ekonomi dan Sosiologi Syariah)