Visa Dipulangkan Usai Aksi Pro-Palestina, Mahasiswa dari Universitas Columbia Harus Tinggalkan Amerika Serikat

tisubodas
By -
0

NEW YORK CITY, Mahasiswi dari Universitas Columbia yang berasal dari India, Ranjani Srinivasan, memilih untuk meninggalkan Amerika Serikat dengan rela usai visa-nya ditarik karena terlibat dalam unjuk rasa mendukung Palestina.

Berdasarkan DHS atau Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat, visa Srinivasan dihapuskan pada tanggal 5 Maret 2025 karena dituduh mendukung tindakan kekerasan serta aktivitas teroris.

Langkah self-deporting Diambil oleh Srinivasan untuk mencegah kemungkinan deportasi menggunakan pesawat militer Amerika Serikat, seperti halnya beberapa individu yang telah merasakan pengalaman tersebut baru-baru ini.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem menanggapi hal ini dengan mengunggah video Srinivasan di bandara.

Pada videonya, dia mengumumkan bahwa setiap orang yang mempromosikan kekerasan atau terorisme tidak diterima di Amerika Serikat.

"Memperoleh visa untuk tinggal dan menuntut ilmu di Amerika Serikat merupakan suatu keistimewaan. Jikalau seseorang menyokong kekerasan serta terorisme, seharusnya hak tersebut ditarik kembali, dan mereka tak layak berada di negeri ini," demikian dia tuliskan pada platform X, seperti yang dilaporkan. BBC , Sabtu (15/3/2025).

"Saya gembira mendengar seorang mahasiswa pendukung Palestina dari Universitas Columbia menggunakan aplikasi CBP Home untuk 'otodeportasi' diri," tambah Noem.

Diketahui pula bahwa Universitas Columbia menjadi lokasi untuk demo mendukung Palestina dalam masa konflik antara Israel dan Hamas yang terus berlanjut.

Kemarin, seorang bekas pelajar di Universitas Colombia yang berasal dari keturunan Palestina, Mahmoud Khalil, telah diamankan oleh pihak berwenang Amerika Serikat dan mencabut status kehijauannya.

Di samping itu, seorang mahasiswi bernama Leqaa Kordia pun di tangkap oleh pejabat imigrasi usai visa-nya kadaluarsa dan diberitahu telah terlibat dalam protes serupa.

Tindakan tegas oleh otoritas Amerika Serikat ini menunjukkan peringatan bahwa kebijakan pemerintahan AS mengenai para pendukung Palestina kian memburuk, terlebih untuk individu dengan status visa jangka panjang.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)